SITOSKELETON
Sitoskeleton adalah jejaring serat yang mengorgansasi struktur dan aktivitas dalam sel
Pada
masa awal mikroskopis elektron ahli biologi menduga bahwa organel-organel sel
eukariot mengembang bebas dalam sitosol. Namun perbaikan mutu mikroskopi cahaya
maupun mikroskopi elektron mengungkapkan keberadaan sitoskeleton (Cytoskeleton)
jejaring serat yang membentang diseluruh sitoplasma. Sitoskeleton yang
memainkan peran penting dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas, tersusun
atas tiga tipe struktur molekular, mikrotulus, mikrofilamen dan filamen
intermediat ( Campbell, 2008:120)
Peran
sitoskeleton: Penyokong, Molalitas dan Regulasi
Fungsi sitoskeleton yang
paling gamblang adalah memberikan sokongan mekanis kepada sel dan
mempertahankan bentuknya. Ini sangat penting bagi sel hewan, yang tidak
memiliki dinding. Kekuatan dan kelenturan sitoskeleton yang luar biasa sebagai
satu kesatuan disebabkan oleh arsitekturnya, seperti kubah goedasi,
sitoskeleton menjadi stabil berkat keseimbangan antara gaya-gaya berlawanan
yang dikeluarkan oleh unsur-unsurnya. Seperti halnya rangka hewan yang membantu
menetapkan posisi bagian-bagian tubuh lain, sitoskeleton menjadi tambatan bagi banyak organel dan
bahkan bagi molekul-molekul enzim di sitosol akan tetapi sitoskeleton dapat
diuraikan dengan cepat di salah satu bagian sel dan di rakit kembali di lokasi
yang baru, sehingga bentuk sel berubah beberapa tipe motilitas (pergerakan) sel
juga melibatkan sitoskeleton. Istilah motilitas sel mencakup perubahan lokasi sel
maupun berbagai pergerakan yang lebih terbatas oleh bagian-bagian sel.
Motalitas sel umumnya membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein
motorik (motor protein).banyak
sekali contoh motilitas sel semacam ini
unsur-unsur sitoskeleton dan protein motorik bekerja sama dengan molekul
memberan plasma sehingga keseluruhan sel dapat bergerak sepanjang serat diluar
sel. Protein motorik menyebabkan peengkungan silia dan flagela dengan cara
mencengkram mikrotubulus dengan organel-organel tersebut dan menyebabkan
mikrotubulus-mikrotubulus tersebut saling menggelincir melewati satu sama lain
mekanisme serupa yang melibatkan mikrofilamen menyebabkan sel-sel otot
berkontraksi. Di dalam sel, vesikel dan organel lain seringkali bergerak menuju
tujuannya disepanjang ‘rel tunggal’ yang disebabkan oleh sitoskeleton. Sebagai
contoh inilah caranya vesikel yang mengandung molekul neurotransmiter
bermigrasi keujung akson, penjuuran panjang sel saraf yang melepaskan molekul-
molekul ini sebagai sinyal kimiawi ke sel-sel saraf yang berdekatan vesikel
yang bertunas dan lepas dari RE dan bergerak ke golgi disepanjang jalur
sitoskeleton. Sitoskeleton juga memanipluasi memberan plasma sedemikian rupa
sehingga membentuk vakoula makanan atau vesikel fogositik lain. Contoh lain
dari pergerakan selular yang disebabkan oleh sitoskeleton adalah aliran
sitopasma yang mengedarkan materi dalam banyak sel tumbuhan berukuran besar.
(Cambpell, 2008: 120-121)
Sitoskeleton juga
terlibat dalam regulasi aktivitas biokimia dalam sel sebagai respon terhadap
rangsangan mekanis. Gaya yang dikeluarkan oleh molekul ekstraseluler melalui
protein permukaan sel tampaknya diteruskan kedalam sel oleh unsur-unsur
sitoskeleton, dan gaya tersebut bahkan mungkin mencapai nukleus. (Campbell,
2008:121)
komponen penyusun sitoskeleton
Sitoskeleton
berfungsi memberi bentuk kepada sel, mengatur dan menimbulkan gerakan
sitoplasma yang beruntun, dan berkaitan dalam membentuk jejaring kerja yang
membantu reaksi-reaksi enzimatik.
Berdasarkan
struktur dan garis tengahnya sitoskeleton dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu
flamen intermediate (diameter 8-10nm), mikrotubul (diameter 24 nm), mkrofilamen
(diameter 60), ketiganya merupakan protein dinamis yang selalu terkait dan
terurai.
Sitoskeleton
berperan dalam pergerakan sel (motilitas sel). motilitas mencakup perubahan
tempat sel maupun pergerakan sel lebih terbatas, sitoskeleton berinteraksi
dengan protein disebut motor protein. Motor protein bergoyang silia dan flagela
dan sel otot berkontaksi.
Molekul
motor juga melekat pada reseptor dan organel-organel seperti vesikula sehingga
membuat organel bisa “Berjalan” disepanjang mikrotubul, misalnya vesikula
(mengandung neurtrasmiter berpindah ke ujung akson, pemanjang sel saraf yang
melepas molekultransmiter sebagai sinyal kimia ke sel saraf berikutnya.
(Kurniati, 2014:107)
Struktur dan fungsi sitoskeleton
Sifat
|
Mikrotubulus
(poilimer tubulin) |
Mikrfilamen
(Filamen aktin) |
Filamen
intermediat |
Strukur |
tabung berongga dinding
terdiri dari 12 kolom molekul tubulin |
dua untai aktin yang
tersusun masing-masing merupakan polimer sub unit aktin |
Protein fibrosa
(berserat) yang sangat mengumpar menjadi tebal yang lebih tebal |
Diamter |
25 nm dengan lumen 15
nm |
7 nm |
8-12 nm |
Sub unit protein |
Tubulin diameter yang
terdiri dari α-tubulin dan β-tubulin |
Aktin |
Salah satu dari
beberapa protein yang berbeda dari famili keratin, bergantung pada tipe sel |
Fungsi utama |
Mempertahankan bentuk
sel (penopang penahan-kompresi) motiitas sel (seperti pada silia atau
flagela) Pengertian
kromosom dalam pembeahan sel pergerakan organel |
Mepertahankan bentuk
sel (unsur perlahan-tegangan) perubahan bentuk sel, kontraksi otot airan
sitopasmik motilitas sel (seperti pada
pseudopodia) Pembelahan sel
(pembentukan lekukan penyibakan) |
Mempertahankan bentuk
sel (unsur penahan tegangan) Tambatan nukleus dan
organel lain tertentu Pembentukan lamina nukleus |
(Campbell,
2008:122)S
Komponen-komponen sitokeleton
Komponen sitoskeleton
yaitu terdiri dari mikrotubulus yang merupakan serta paling tebal diantara ketiga
tipe serat, mikrofilamen (disebut juga filamen aktin) adalah serat yang paling
tipis sedangkan filamen intermediat adalah serat dengan diameter pada kisaran
menengah. (Champebell, 2008: 121)
A.
Mikrotubulus
Semua sel eukariot
memiliki mikrotubulus ( mikrotubule),
batang-batang berongga dengan damtere sekitar 25 nm dan panjang antara 200 nm
sampai 25 µm. dinding tabung berongga tersebut tersusun dari protein globular
yang disebut tubulin. Setiap protein tubulin merupakan dimer, molekul yang tersusun atas dua subunit. suatu dimer tubulin
terdiri dari dua polipeptida yang agak berbeda. (Champbell, 2008:121)
Mikrotubul tubuh dari
sentrosom. Sentrosom sel hewan terdapat sepanjang sentrol, masing-masing
tersusun kedalam suatu cincin. Apabila sel membelah sentriol bereplikasi.
Mikrotubul sitoplasma berfungsi membantu gerakan sel pada silia dan flagela dan
membantu bidang pembelahan dalam pembentukan sel (Kurniati,2014:108)
Silia biasanya muncul
dalam jumlah banyak dipermukaan sel. Diamter 0,25 µm dan panjang 2-20 µm.
misalnya ditemukan dilapsan batang tenggorokan yang bersilia menggerakan lendir
untuk menangkap kotoran. Jumlah flagela biasanya terbatas satu atau beberapa
untuk setiap sel. Flagela berdiamter sama tetapi lebih panjang ukurannya 10-200
µm. flagela dan silia berbeda dalam pola kibasannya. Flegela berombak,
menghasilkan gaya searah dengan sumbu flagela. Silia seperti dayung, tegak
lurus searah sumbu silia (Kurniati, 2014:109)
Silia dan flagela
memiliki suatu inti yang terdiri dari mikrotubul diselimuti oleh suatu memberan
yang memanjang. Sembilan doublet mkrotubul ditengah cincin terdapat dua
mikrotubul tunggal. Susunan ini sebagai pola “9 + 2” (Kurniati, 2014:109)
Lengan memanjang dari
tiap doublet mikrotubul ke doublet berikutnya merupakan motor yang bertanggung jawab
untuk gerakan membelok silia dan flagela. Molekul motor yang membangun lengan
disebut dynein. Lengan dynein melakukan siklus pergerakan yang rumit disebabkan
oleh perubahan-perubahan konformasi protein yang digerakan oleh ATP. Doublet
tidak dapat meluncur jauh karena doublet secara fisik ditahan dalam silia.
Tindakan lengan dynein menyebabkan doublet membengkok. (Kurniati, 2014:110)
B.
Mikrofilamen
Mikrofilamen merupakan
batang pada diamter 7 nm disebut juga filamen aktin karena tersusun dari
molekul aktin. Mikrofilamen juga disebut aktin karena tersusun atas molekul-
molekul aktin, sejenis protein globular suatu mikrofilamen merupakan seutas
rantai ganda subunit-subunit aktin yang memuntir, selain terdapat sebagai
filamen lurus, mikrofilamen dapat membentuk jejaring struktural, berkat
keberadaan protein-protein yang berikatan disepanjang sisi filamen aktin dan
memungkinkan filamen baru mebentang sebagai cabang. Mikrofilamen tampaknya
ditemukan pada semua sel eukariotik.
Berbeda dengan peran
penahan kompersi oleh mikrotubuus, peran struktural mikrofilamen dalam
sitoskeleton adalah menahan tegangan (gaya tarik) jejaring berdimensi tiga yang
dibentuk oleh mikrofilamen tepat dibagian memberan plasma (mikrofilamen korteks) membantu menyokong
bentuk sel, yang disebut korteks, memiliki konsistensi semisolid gel, cair
(sol). Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mentranspor materi melintasi
memberan plasma, misalnya sel usus, berkas mikrofilamen menjadi inti mikrovil,
penjuluran halus yang meningkatkan luas permukaan sel di usus (Campbell,2008:125)
Mikrofilamen
terkenal
karena perannya dalam motilitas sel, terutama sebagai bagian aparatus
kontraktil sel otot. Ribuan filamen tersusun pararel satu sama lain lain di
sepanjang suatu sel otot, berselang seling dengan filamen-filamen lebih tebal yang terbuat
dari protein yang disebut miosin (myosin). Seperti dyenin yang berinteraksi dengan mikrotubulus, miosin
bekerja sebagai protein motorik berbasis mikrofilamen dengan penjuluran yang
berjalan disepanjang filamen aktin. Kontraksi sel dihasilkan dari filamen aktin dan miosin yang menggelinjir melewati satu sama
lain dengan cara ini, sehingga sel memendek. Pada jenis sel yang lain, filamen
aktin berasosiasi dengan miosin dalam versi yang berukuran lebih kecil dan kalah
rumit daripada susunannya pada sel otot. Agregat aktin miosin ini bertanggung
jawab atas kontraksi lokal sel. Misalnya sabuk mikrofilamen yang berkontraksi
membentuk lekukan penyibakan (cleavage furrow) yang membagi sel hewan
yang sedang membelah menjadi sel hewan yang sedang membelah menjadi dua sel
anak (Campbell, 2008: 125-126)
Kontraksi lokal
yang disebabkan oleh aktin dan miosin juga memainkan peran dalam pergerakan
amoeboid. Ketika suatu sel, misalnya amoeba, menyerap disepanjang suatu permukaan dengan cara menjulur dan
mengalir kedalam penjuluran seluler yang disebut psedupodia (dari kata yunani pseudes,
palsu dan pod kaki) . Pseudopodia
menjulur dan memendek (berkontraksi) melalui perakitan dapat balik (reversibel)
subunit-subunit aktin menjadi mikrofilamen-mikrofilamen, dan mikrofilamen
menjadi jejaring yang mengubah sitoplasma dari bentuk sol menjadi gel. Menurut
model yang diterima luas, filamen-filamen didekat ujung sel yang tertinggal
akan berinteraksi dengan miosin, menyebabkan kontraksi. Seperti memencet tabung
pasta gigi, kontraksi ini mendorong sitoplasma interior yang lebih cair kedalam
pseudopodia, tempat jejaring aktin telah melemah. Psedupodia menjulur hingga
aktin terakit ulang menjadi jejaring. Amoeba bukanlah satu-satunya sel yang bergerak
dengan cara menyerap. Banyak sel lain yang melakukan hal tersebut dalam tubuh
hewan, termasuk beberapa sel darah putih (Champbell, 2008: 126).
Pada sel
tumbuhan interaksi aktin miosin maupun transformasi sol gel akibat aktin dapat
terlibat dalam aliran
sitoplasmik (sytoplasmic streaming) aliran sirkular sitoplasma dalam
sel. Pergerakan ini, yang sangat banyak dijumpai dalam sel tumbuhan berukuran
besar, mempercepat distribusi materi-materi didalam sel (Campbell, 2008:
126-127)
Aktin berupa protein globular
yang berperan dalam menahan tegangan ( gaya tarik ). Mikrofilamen yang
bergabung dengan protein lain, membentuk jalinan tiga dimensi dalam plasma
memberan membantu dukungan bentuk sel. Kondisi tersebut menyebabkan kontraksi
sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain disepanjang sel
otot diselingi dengan filamen yang lebih tebal terbentuk dari protein disebut
miosin. Filamen aktin merupakan komponen utama penyusun filamen tipis pada
serabut otot (Kurniati, 2014: 112)
Kontraksi sel otot berupa
slinding filamen. Pada saat relaksasi
kepala miosin tidak melekat pada filamen aktin. Pada saat kontraksi menyebabkan
kepala miosin melekat pada filamen aktin. Kepala miosin mendorong filamen aktin
ke arah tengah sarkomer (Zona H) sehingga sarkomer memendek. Gerakan aktin
miosin memainkan peran gerakan amuboid. Pseudopdia memanjang dan berkontraksi
melalui penyususn reversible dari sub aktin menjadi mikrofilamen dan dari
mikrofilamen menjadi jalinan mengubah sitoplasma dari bentuk sol (larutan koloid
yang berbentuk cair) kebentuk gel. Pada sel tumbuhan, interaksi aktin-miosin
dan transformasi sol ke gel disebabkan oleh aktin dalam aliran sitoplasma untuk
pendistribusian materi dalam sel (Kurniati, 2014: 113)
Sel yang tertinggal
dibelakang (sebelah kanan) menekan sitoplasma interior sel yang lebih cair
seehingga maju ke kiri memasuki pseudopia (Kurniati, 2014: 113)
C.
Filamen
intermedia
Filamen intermedia (intermediate filament)
dinamai demikian karena berdiameter 8-12 nm, lebih besar daripada diameter
mikrofilamen namun lebih kecil daripada diameter mikrotubulus. Filamen
intermediat terspesialisasi untuk menahan tegangan (seperti mikrofilamen) dan
terdiri dari berbagai kelas unsur sitoskeleton. Setiap tipe tersusun dari
subunit molekular berbeda yang tergolong kedalam suatu famili protein, yang
antara lain beranggotakan keratin. Sebaliknya, mikrotubulus dan mikrofilamen
mempunyai diameter dan komposisi yang tetap pada semua sel eukarot (Campbell,
2008:127)
Filamen intermediat merupakan pengukuh sel yang
lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubulus, yang seringkali
diuraikan dan dirakit kembali di berbagai bagian sel. Bahkan setelah sel mati,
jejaring filamen intermediat seringkali tetap bertahan, misalnya lapisan
terluar kulit kita terdiri atas sel-sel kulit mati yang penuh protein keratin.
Perlakuan kimiawi yang menyingkirkan mikrofilamen dan mikrotubulus dari
sitoplasma sel hidup meninggalkan jejaring filamen intermediat yang tetap
mempertahankan bentuk awalnya. Percobaan-percobaan semacam itu menunjukan bahwa
filamen intermediat tampaknya sangat penting dalam menguatkan bentuk sel dan menetapkan posisi organel-organel tertentu. Misalnya, nukleus biasanya
terletak dalam sangkar yang terbuat dari filamen intermediat. Nukleus tidak
bergeser-geser karena ditahan oleh cabang-cabang filamen yang membentang
kedalam sitoplasma. Filamen intermdiat lain menyusun lamina
nukleus yang melapisi interior selaput nukleus. Ketika bentuk keseluruhan sel
berkolerasi dengan fungsinya, filamen intermediat penyokong penjuluran panjang
(akson) sel saraf yang menuruskan impuls, yang diperkuat oleh suatu kelas
filamen intermediat. Dengan demikian, berbagai jenis filamen intermediat dapat
berfungsi sebagai rangka dasar bagi seluruh sitoskeleton (Campbell, 2008:127)
Filamen
intermedia bersifat kenyal, memiliki daya rentang yang sangat tinggi merupakan
benang berongga terdiri dari lima protofilamen dan terdapat pada sel
eukariotik. Filamen intermedia banyak dijumpai disekitar inti, menjulur kearah
perifer sel. Filamen intermediat banyak terdapat di dalam sel yang mengalami
stress mekanik misalnya di epitelium, akson sel saraf dan otot polos.
(Kurniati, 2014: 114)
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, 2008. Biologi Edisis
Kedelpan jilid 1. Jakarta:Erlangga
Kurniati T, 2014. Biologi sel.
Bandung : CV
Insan Mandiri
Komentar
Posting Komentar